Berasa di Singapore
Finally, my writing mood is back! Horeeeeeee…
Sampe kantor langsung ke toilet, cuci muka. Bersihin debu-debu indah yang menempel di muka karena harus menempuh 1 jam dengan kendaraan umum. Terus… Bikin teh manis hangat, buka ransum, makan pagi sambil dengerin lagu-lagu slow yang membangkitkan mood kerja, nyamaaaaaaaannnnnn… Apalagi ruangan ini hanya aku seorang, secara bu Boss lagi travel ke luar kota, temen-temen juga belom pada datang, ruangan ini hanya milikku seorang… Hehe…
Hari ini penuh berkah, semua kendaraan umum yang aku mau tumpangi on time sekali… Angkot M 44 berhasil mengantarkanku dari Mall Ambassador ke Stasiun Kereta Api Tebet hanya dalam waktu 10 menit kurang lebih. Dan kereta commuter dari Tebet ke Pasar Minggu juga gak lama nunggunya, sekitar 10 menitan juga. Dan setelah turun dari kereta di Stasiun Pasar Minggu, nunggu M 17 untuk sampai di Simatupang juga sekitar 5 menitan. Alhamdulillah, berkah di pagi hari.
Jadi sejak beberapa bulan yang lalu kantorku pindah dari kawasan Mega Kuningan yang sophisticated ke kawasan TB Simatupang yang tandus. Kacrut bener deh, yang tadinya Cuma 5 minutes by foot jadi 5 hours by foot. Hmph… Tapi untungnya walaupun tambah jauh, dari segi transportasi masih ena, karena melawan arah, jadi naik kendaraan umumnya juga ndak penuh. Masih sering dapat bangku untuk duduk. Tapi ya, kalo dulu uang transport bisa diirit dan dipake buat yang lainnya, sekarang jadi terpakai penuh, malah kadang kurang.
Dulu untuk sebulan kurang lebih hanya terpakai sekitar kurang lebih Rp 200,000.- dengan hanya melibatkan tukang ojek. Sekarang kalo pake sistem lama, alias lagi banyak uang, sebulan kurang lebih terpakai sekitar Rp 660,000.- dengan melibatkan ojek, bus transjakarta dan angkot. Selisih Rp 460,000.-, gila bener deh. Tapi yang mau diapain, hidup harus dijalani, mungkin net off atau subsidi silang sama biaya transport selama 5 tahun yang lalu selama di Mega Kuningan. Makanya, memang menabung itu penting, untuk hal-hal seperti ini, life is up and down, kadang di atas kadang di bawah, dan itu mutlak. Kalo dipikirin doing bikin pusing, memang harus dijalani dan disyukuri bahwa kita masih lebih beruntung daripada orang lain. Dan alhasil, setelah berkubang dalam dunia pemikiran yang sangat mendalam, didukung oleh keadaan yang membuat aku harus mengencangkan ikat pinggang seerat-eratnya, aku menemukan cara pengiritan yang lebih baik lagi, yaitu dengan menggunakan kereta api dan angkot. Kalo aku hitung-hitung, pengeluaran untuk transportasi selama sebulan adalah sebesar kurang lebih Rp 440,000.- dengan melibatkan angkot dan kereta api. Walaupun jalan agak memutar, tapi lumayan deh bisa pengiritan, sisa dana bisa dipake buat yang lain. Bener-bener win-win solution, total pengeluaran lama ditambah total pengeluaran baru dibagi dua sama dengan Rp 430,000.-. Jadi memang harus seperti itu penyesuaiannya. Gak pa pa lah, hidup kalo gitu-gitu aja juga bosan. Kalo gak ada kejadian pindah kantor, gak mungkin aku menikmati naik kereta seperti sekarang ini.
Life style, it’s gonna be my next life style! Enak juga ternyata naik kereta, tapi lebih enak kalo berangkat sepagi mungkin, jadi gak panas udaranya. Dan berasa kayak di Singapore, naik MRT. Jalan kaki dari tempat tinggal buat sampai ke pemberhentian angkot di depan Mall. Trus ke Stasiun, anggap aja turun ke subway, cuma masih pake tiket sobekan, soalnya tiket yang elektronik sudah habis, sangat disayangkan. Trus turun kereta jalan dikit, sudah dapet angkot lagi, dan turun angkot di depan kantor. Everything is getting easier for me. So, we have to be grateful to Allah that we still have job, so we can still earn money to live. We still can enjoy walking around Jakarta, our beloved Capital City of Indonesia. And of course meet friends and other reality of live who enrich our live with experiences.
Jadi, selamat bekerja semuanya. Selamat beraktivitas kembali. I love you all…