Selasa, 25 November 2008

Journey to Jogjakarta

Akhirnya aku dapet liburan juga setelah kemaren kepending karena harus jaga warung di kantor pas libur lebaran. Aku ke Jogja sama bokap dan nyokap dari tanggal 22-25 November 2008... Lumayan mengurangi tingkat stress dan kelelahan atas kesibukan sehari-hari, i hope that tomorrow when i get back to the office, i can give 120% of my energy to make my works going well even great... :)

Kemaren bener-bener jalan-jalan wisata kuliner, dimulai dengan makan gudeg mbarek H Ahmad dengan diiringi musi kroncong, sarapan yang menggugah selera sekali, serasa di daerah... Emang iya siy... :P Itu waktu hari sabtu setelah tiba dari airport, berhubung belum sarapan dengan benar karena terburu-buru oleh informasi yang salah di airport yang bilang kalo pesawat udah mau berangkat, jadi makan juga cepat dan gak kelar... Jadi akibat kelaparan, lahap lah memakan gudeg jam 10 pagi kalo gak salah, jadi judulnya brunch... :) Berhubung udah kadung di luar, jadinya lanjut pergi ke Jogja Expo Center (JEC), katanya ada pameran produk jogja, pergilah kita kesana... Ternyata gak sebesar yang aku bayangkan, cuma beberapa stand produk dalam negri, tapi lumayan aku dapet satu sendal edward forrer yang modelnya mengopy dari everbest... :) Murah meriah harga 1/3 dari everbest... Tapi ada harga ada rupa tetep everbest is the best... Empuk... Kelar dari JEC aku pulang karena udah capek banget... Bangun kepagian jam 4, berangkat jam5, terbang jam 6, dan sampai jogja langsung ngibing... Sampe hotel mandi, trus tidur sampai besok pagi...

Hari minggu aku bangun pagi karena udah kebanyakan tidur... Jam 8 udah berangkat keliling jogja dengan ibu dan teman-temannya... Pertama diawali dengan makan Sego Pecel (SGPC), ditemani dengan lagu campur sari dari kelompok musik di SGPC... Lumayan juga mereka maen ada gitar melodi, gitar rhytm, bass betot, drum akustik, dan kendang... Unik dan menarik, aku request lagu Jogjakarta dan Dengan nafasmu... Keren jadinya, Lagu Jogjakarta dimainkan dengan versi akustik top abesz... Jadi inget jaman Klass meeting SMA, waktu kelas 3, aku dan teman-teman dapet juara I untuk Lomba Akustik, aku dan teman-teman maenin lagu Jogjakarta, aku dapet bagian Pianika section... :)

Kelar makan kita jalan cari oleh-oleh yaitu Pia. Tapi kali ini gak beli dengan nomor 75 atau 83 atau nomor berapa. Temen ibu menyarankan Pia model baru namanya Pia-pia. Pake nyasar pula karena alamat gak tau, tapi untuk informan temen ibu di Jogja memiliki informasi yang lumayan ngebantu... Ternyata ada di perumahan jalan Pogun nomor 38A, produksi rumahan gitu deh. Lumayan model pia baru... Enak juga rasanya... Dari pia berlanjut ke belanja oleh-oleh seperti lanting, kacang-kacangan yang ada lapisan gula jawanya, trus getuk... Udah kelar karena lapar kita lanjut ke Kaliurang, pengen beli jadah dan tempe tahu bacem... Lumayan jauh juga jalannya, aku adaj sampai tertidur di perjalanan... Aku pikir jadahnya kayak apa, ternyata biasa aja... Tempe dan tahu bacemnya juga terlalu manis buat lidahku... Aku pikir bakal makan siang tradisional disana ternyata gak... Kita makan siang di Ulen Sentalu, Beukenhof European Restaurant dibelakan musim kuno budaya jawa di kaliurang juga... Tempatnya lucu, model belanda kuno gitu, cat hijau tua berkombinasi dengan kayu-kayu... Romantic place and ambiance... :) Makanannya juga lumayan, aku makan Australian Sirloin Steak dan Hot Chocolate... Lezaaaaaaaaaaaatttttttttt Erg Lekker!!

Selesai dari sana emang udara mendukung untuk melelapkan diri ke kasur... Aku pulang ke hotel, sekarang pindah hotel dari Wisma MM UGM ke Novotel... Oh iya, wisma MM UGM lumayan lho buat harga Rp 325,000 semalem, kamar mandi oke pake bath tub, pake AC sama ada HBO nya, dapet sarapan pagi...

Sore hari Minggu perjalanan dilanjutkan dengan pergi sama adeknya bapak dan istrinya juga anaknya... Kita makan malam di bakmi Kadin... Mie godok gitu deh tapi ada mie gorengnya... Berhubung tempatnya kurang enak buat makan, kita semua balik ke Novotel dan melanjutkan pembicaraan disana. Seperti biasa aku bertanya banyak ke Oom ku tentang sejarah jawa, tarian jawa, dan Nyi Roro Kidul beserta Ratunya...

Katanya siy Sultan Jogja sekarang belum tentu bisa liat Ratu kidul pas tari Bedoyo Ketawang karena kurang tirakat beda sama Sultan Jogja sebelum-sebelumnya... Ternyata bukan cuma ada Ratu Kidul tapi ada lagi yang namanya Ibu Ratu yaitu seperti Boardnya kerajaan yang menjadi pemilik gagasan untuk suatu pemerintahan... Agak ribet memang, tapi menarik... Katanya tarian Bedoyo itu tidak boleh dilatih kalau tidak pada waktunya, hanya dilatih sebulan sekali pada selasa kliwon... Dan gerakannya tidak bisa dihafal karena gerakannya mengikuti iringan lagu... Gile bener rumit juga ternyata... Menarik tapinya... :)

Akhirnya malam pun tiba, aku ngantuk kembali... Saatnya bobo...

Hari senin, bokap balik duluan ke Jakarta, jadinya aku berdua nyokap aja... Hari ini acaranya full ketemu temen nyokap yang ada di Jogja. Pertama dijemput dosen UGM namanya Ibu Ira mau ke rumah Ibu Atik untuk dijemput buat lunch... Kita makan siang di Pelem Golek, seafood resto gitu deh.. Ternyata makan siangnya beramai-ramai ada sekitar 10 orang lagi yang datang... Maklum lah makan siang reunian dengan teman-teman ibu, rata-rata Dosen ada di UGM ada di IAIN... Semuanya praktisi kesehatan reproduksi wanita dan seksualitas...

Udah kenyang aku dan nyokap diantar pulang sama dokter Susi balik ke hotel... Istirahat tidur sore dulu dan malam pergi nonton pertunjukan ramayana...

Berhubung musim hujan, pertunjukan ramayana dilakukan indoor.. Dan karena jadwal hari senin tidak ada yang di candi prambanan, aku nonton yang di purawisata... Cerita mungkin sama, tapi lighting dan tata panggung mungkin agak sedikit beda dengan yang diprambanan... Lumayan tapi aku masih penasaran dengan yang di prambanan... Mungkin next time di musim panas aku akan nonton yang diprambanan...

Hari berakhir dengan lelah, dan aku bobo...

Hari terakhir di jogja, Belanjaaaaaaaaaaaaaaa.... aku belum dapet batik... Naek taksilah aku dan ibu ke suatu tempat dengan harga batik murah kualitas bagus... Aku beli 2 batik lengan pendek buat ke kantor dan 2 lengan panjang buat ke pesta... Banyak kali bawaanku!... Trus ambil pia pesenan ibu 10 bungkus, trus makan siang di hotel dan packing time..... :P

Koper nyokap dipadetin dengan bajunya dan bajuku juga batik-batik yang baru dibeli... Koperku khusus untuk pia dan tas pergi yang ibu beli... Kudu muat... Untuk gak overweighted... Hehehehe

Pesawatku telat sekitar 20 menitan, tapi aku tetap senang karena aku bisa kembali ke Jakarta... I love my city... Although some Dutch peoples asked me about how i breath every day with an air that so polluted? Itu bule sampe nanya, "Do you get fine ticket if you're car blows emition and gas?"... Ya gak lah yah, aku bilang, "I hope so". Gitu deh... Okay, C U on my next trip story...

Sabtu, 15 November 2008

Aku gak bisa jadi yang kedua

Aku Gak Bisa Jadi Yang Kedua

“ Clara!!! Tegakkan badanmu. Luruskan kakimu, lenganmu… Oh tidak, ini tidak bisa terjadi lagi. Tanganmu salah! Clara!!! Kamu telat satu setengah ketuk. Ulangi!!!, Miss Bernadette menceramahiku lagi. Hatiku sedang kacau, aku tidak bisa konsentrasi. Kalau bukan karena Eric aku gak akan begini. Lima hari lagi aku akan pentas, pertunjukan balet dengan judul “Siklus tiga cinta”. Aku berperan sebagai peri penggoda bernama Clarissa. Mirip dengan namaku, tapi karakternya agak berbeda sedikit dengan diriku. Aku Clara 27 tahun, penari balet.

Aku ingin cerita tentang diriku dan siklus tiga cinta milikku sendiri. Ceritanya tentu berbeda dengan yang ada di resital baletku. Kalau disana aku sebagai pemeran pembantu, kalau di kehidupanku, aku lah pemeran utamanya.

Siklus I, Putus Cinta

Sudah hampir lima bulan cintaku yang selama empat tahun kubina kandas. Tapi hingga kini bayangan Baron masih saja menghantuiku. Empat tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk kulupakan. Setiap kali aku melewati rumahnya pun masih tak sanggup buat mataku untuk tidak berkaca-kaca. Begitu banyak memori di rumahnya, karena ketika aku bersamanya, aku pun mengencani keluarganya. Aku adalah cucu bagi yang punya rumah, aku adalah anak bagi yang punya rumah, aku adalah sepupu bagi yang tinggal disana, walau statusku cuma kekasih Baron. Sampai saat ini pun aku masih mencoba untuk paling tidak sedikit demi sedikit melupakan atau menyingkirkan memori yang ada. Karena jujur, sebagian diriku masih cinta Baron. Di luar semua sisi negatifnya seperti suka minum alkohol, tidak pernah dia bersujud lagi kepada Sang Pencipta, dan suka menggunakan obat-obatan terlarang, dia tetap seseorang yang memiliki komitmen untuk mencintaiku. Dia itu control freak, tapi mencoba untuk memberi kebebasan padaku. Dia posessif, tapi mencoba untuk percaya padaku.

Aku sebenernya gak pengen putus sama dia kalau bukan karena orang tuaku tau semua keburukan dia dari teman-teman orang tuaku. Aku harus meninggalkannya demi menjaga nama baik keluargaku. Dan akupun menyadari bahwa nama baik itu penting bagi keluargaku. Nama baik bukan dinilai dari besarnya kekayaanmu, melainkan dari cara kita membawa diri dan prestasi yang sudah kita capai. Aku dulu pernah bilang, seburuk-buruknya Baron, aku akan tetap memintanya untuk menikahiku. Untung saja orang tuaku menyadarkanku bahwa itu bukanlah suatu pilihan yang baik. Aku memang terlalu cepat mengambil keputusan tanpa dipikirkan baik dan buruknya. Hidupku memang masih dipersiapkan untuk sesuatu yang baik, buatku dan juga buat keluargaku.

Baron pun waktu itu tidak menerima keputusanku untuk meninggalkannya. Diapun sampai hilang arah, diapun melakukan hal ekstrim dengan melukai dirinya sendiri. Dia minum racun tikus. Untung saja dia masih terselamatkan. Tubuhnya yang kekar masih mampu untuk menahan jahatnya racun tikus. Dan Tuhan juga belum mau menerimanya, Dia masih memberikan kesempatan pada Baron untuk berubah dan bertobat.

Akhirnya cintaku bisa dibilang agak menyesakkan walaupun dapat dikategorikan sebagai putus yang baik-baik saja. Aku harus bisa melupakan Baron segera. Aku harus bisa lepas dari ikatannya segera. Aku harus mulai bangun dan menyadari bahwa duniaku tidak hanya seluar rumahku, rumah Baron, dan lingkungan pertemanan Baron. Aku harus mulai mengejar ketinggalanku selama 4 tahun terakhir atas semua perkembangan duniaku. Aku harus mulai memantau kembali posisi ku di dunia ku sendiri dan mulai menyamai posisiku dengan teman-teman ku yang sempat kutinggalkan selama 4 tahun ini. Temanku pernah bilang, harusnya di umurku saat ini, aku bisa menikmati adanya kebebasan dalam diri. Tanpa suatu ikatan yang menyulitkan.

Aku tau benar bahwa aku belum melepaskan Baron sepenuhnya. Masih ada setitik harapan, cinta, dan sayang untuknya. Ini terbukti dengan masih pedulinya aku dengan cara dia mengatur keuangannya, kehidupan cintanya yang kandas lagi, dan kehidupan kerjanya sekarang. Tapi aku akan tetap mencobanya. Walaupun aku harus menyayat hatiku dari kerak-kerak cinta yang masih tersisa. Aku belum memberikan tangisan terakhir untuknya sampai habis, karena memang masih ada cinta untuknya yang aku simpan di sudut hatiku yang paling dalam.

Baron... aku masih menyimpan sedikit cinta untukmu. Jika aku sudah siap, akan kugenapi cintaku buatmu dan kuberikan sisa cinta itu buatmu sebagai kenangan. Kenangan yang gak akan kamu dan aku lupakan. Tapi kenangan yang gak mungkin kita jadikan dasar untuk saling mencinta lagi. Aku masih peduli sama kamu, karena memang cintaku kukerahkan sepenuhnya demi kamu. Aku sedih, aku rapuh, aku hancur, aku meleleh, aku meringkuk, aku terpojok, aku pecah, aku jatuh, aku mengapung, aku melayang, aku tersungkur, dan aku sayang kamu...

Siklus II, Koko Reynold Dari Semarang

Setelah aku putus dengan Baron, aku mulai kelimpungan mencari penggantinya. Ternyata aku bukan tipe orang yang bisa hidup tanpa cinta walaupun sesaat. Setiap kali aku putus cinta, ada satu pilar hati yang hilang. Bangunan hatiku pun jadi rapuh, seperti ada yang kosong, tidak imbang, mudah jatuh, dan hancur.

Sebulan sudah kulewati masa kesendirianku, jiwa rapuhku pun akhir mulai mencari pilar-pilar cinta yang ada. Friendsterpun jadi andalah buatku mencari penggantinya. Banyak yang bilang dunia maya itu berbahaya untuk diandalkan jadi tempat mencari cinta. Tidak ada cinta sejati disana, yang ada hanya nafsu dan kebohongan. Aku masih tidak percaya sepenuhnya, karena aku masih suka menemukan cinta, walaupun cinta yang salah.


Aku pernah jatuh cinta sama teman Baron, namanya Reynold. Dan aku mencoba untuk mendekatinya kembali setelah sekian lama aku tidak menghubunginya. Karena Baron pun tidak suka dengan dia. Dan sangatlah tidak mungkin aku berkomunikasi dengan Reynold, Baron pasti akan sangat cemburu. Dan Reynoldpun tidak bisa berkomunikasi denganku, karena dia bukan tipe yang mau berurusan dengan masalah cinta yang gak jelas.

Aku suka Reynold, koko cina dari semarang, karena dia memiliki perawakan besar, tegap, dan cenderung pongah. Walaupun begitu, kalau sama perempuan, dia sangat melindungi. Sikapnya gentle, akupun merasa jadi putri kalau ada di dekatnya. Karena memang itulah dia apa adanya. Sholatnya rajin, walaupun masih suka minum alkohol. Tapi hatiku jadi luluh setiap kali mendengar kalimat sapa Islami setiap aku meneleponnya.

Aku terpikat cintanya yang tersisa sebenarnya buat orang lain. Buat mantannya yang sudah menikah bulan lalu. Aku mencoba menggantikan posisi mantannya. Tapi ternyata gak bisa, dia memang masih cinta Naura. Aku terlanjur jatuh hati seperti biasa. Terlalu berlebihan dan terlalu cepat memberikan cinta ke orang lain. Entah itu cinta atau hanya perhatian yang cenderung ingin menyayangi. Reynoldpun menyadari cintaku dan perhatianku. Namun diapun sergap menanggapi bahwa ini adalah suatu cinta yang gak mungkin bagi dia. Dia terlalu gentle untuk melukai perasaan temannya, Baron van Burmann.

Reynold pernah bilang kalau aku gak mungkin sama dia. Waktu kami bermersraan, dia bilang wajah Baron menghantuinya. Dia punya nafsu sama aku, walaupun cinta belum dapat dia berikan waktu itu karena Naura masih ada dihatinya. Dan aku pun belum bisa masuk menggatikan Naura.

Akhirnya aku pun menyadari bahwa cinta dengan Reynold seperti menunggu pop corn yang sudah kelamaan di microwave, gak bisa meletup lagi. Dia sudah membekukan hatinya untuk Naura, dan kalaupun ada cinta baru, itu bukan aku. Dengan tegas diapun berkata padaku bahwa sebaiknya kami berteman saja. Aku pun menyetujuinya. Aku bukan tipe yang mau memperdebatkan hal seperti itu. Aku gak bisa bikin orang gak nyaman. Lagipula buat apa aku bercinta dengan Reynold bila Baron masih ada membayangi hubunganku dengan Reynold.

Aku sayang sama Reynold, walau cuma sesaat. Ada cinta sedikit buat dia, tapi aku simpan saja dipojok hatiku yang lain. Siapa tau suatu saat nanti dia membutuhkan cinta itu dan sekalian saja kugenapkan cintanya. Aku sedih, tapi gak terlalu sedih. Aku rapuh, tapi gak terlalu rapuh. Aku hancur, tapi gak terlalu hancur. Aku meleleh, tapi gak terlalu meleleh. Aku meringkuk, terpojok, dan pecah, tapi gak terlalu. Aku jatuh dan mengapung kemudian melayang hingga tersungkur, tapi aku masih bisa bertahan. Reynold aku juga masih sayang kamu...

Siklus III, Aku gak bisa jadi yang kedua

“Clara! Kenapa kamu masih melakukan hal itu? Hentikan sekarang juga, sebelum kamu kena karma.”, Marissa menasihatiku tanpa henti. Tapi aku sedang jatuh cinta. Aku jatuh cinta dengan Abi. Mas Abi panggilanku untuk dia. Dia bekerja di sebuah Oil Company diseberang studio tempat aku berlatih balet. Tubuhnya tinggi sekali, 180cm lebih. Kalau aku sedang berbicara dengannya, aku seperti kerdil. Aku terlalu mungil jika disandingkan dengannya. Wajahnya tampan, kulitnya putih, bibirnya merah, dan brewok yang menghiasi wajahnya membuat dia makin seksi. Tangannya kekar, tubuhnya tegap, dan dadanya yang bidang berbalut apik dengan kemeja kantornya.

Aku senang bermain api dengannya. Seperti biasa petualangan dimulai di dunia maya. “Searching mode On”, kataku pada komputerku. Aku memang sudah menyimpan Mas Abi di hatiku lama sebelum akhirnya aku menghubungi dia. Aku gak yakin dengan status yang ada di fs, terkadang walaupun tertulis Married, itu hanya permainan kata saja. Makanya aku pun memberanikan diri untuk menyapa Mas Abi duluan. Awalnya aku menemukan dia kembali dari fs temanku. Dan temanku ini berbaik hati mau membagi passwordnya demi aku buat bisa dekat dengan Mas Abi. Mas Abi sudah menikah selama 1 tahun. Status Marriednya benar adanya, tapi malah itu yang membuatku tertantang untuk mendekatinya.

Sudah hampir 3 bulan aku jalan sama Mas Abi. Bukan jalan dengan tenang, tapi kucing-kucingan. Mau bagaimana lagi, memang itu resiko mengencani seseorang yang sudah dimiliki orang lain. Aku bisa sayang sama dia, dia pun bisa sayang sama dia. Tapi ketika dia harus kembali ke keluarganya, ke istri dan anaknya, ya aku harus mengalah.

Mas Abi tidak mau memberikan status kepadaku, dia bilang,” You are my someone special.” Dia bilang, dia gak mau bilang kalo dia cinta sama aku. Karena dia gak mau mengecewakan aku. Dia pernah mengecewakan seorang cewek di masa lalunya dan dia gak mau menyakiti cewek lagi. Apalagi dengan status nya yang sudah menikah.

Mas Abi suka sama aku karena hidungku mancung. Alasan fisik yang mengawali semuanya. Tubuhku pun ramping, yang memudahkan Mas Abi mengangkatku, merangkulku, dan mendekapkku. Itu semua tentu saja karena hobi baletku. Thank for the Ballet Lesson from my sweat talkative teacher Ms. Alicia. Kalau bukan karena Ms. Alicia mungkin posturku tidak akan secantik ini.

Kemarin pagi aku sarapan sama Mas Abi, 2 jam terindah yang bisa aku dapat sampai saat ini dengna dia. Aku dan dia makan satu piring berdua. Romantis walaupun sesaat. Dia belah French toast berbentuk bulat untuk aku dan sebelahnya lagi untuknya. Padahal French toastnya ada dua lho, kenapa tidak satu satu saja. Dia lebih memilih membaginya. So sweet….. Harsh brown pun dia bagi dua, tapi sosis favoritnya tidak dia bagi dua. Kami memakannya satu satu. Dia bilang dia itu meat lover, beef, chicken but not seafood. Pengennya siy suap suapan, tapi gak enak aja kalo ada yang kenal aku dan dia. Duduk pun kami bersebelahan, tidak berseberangan. Tangannya dia sengaja dia selipkan untuk merangkul pinggangku. Dia elus-eluskan jemarinya di pinggangku itu. Kata-kata romantispun keluar dari mulutnya dan diserukan ke telingaku, “I want you more than everything, I wish I could spend time more with you”.

Aku hanya bisa berharap agar permohonan dan keinginan Mas Abi bisa terwujud. Tapi aku tidak yakin apakah aku akan tahan dengan keadaan seperti itu. Beberapa waktu yang lalu aku chatting di YM sama dia, aku menanyakan kembali tentang status aku dan dia. Awalnya aku menanyakan dia, "Do you love me?". "Hmmm... I like you so much, but i'm afraid to believe that it's love.", dia menjawab. Aku pun melancarkan serangan kembali, "It means that when you've already satisfied with me, then you go away from me?". Dia menyangkal," No no no... Why would i do that?. "Maybe because you are afraid to show me that you can give me your love", aku menimpalinya. Dia pun akhirnya menjelaskan dengan sabar, "Dear... If you don't mind, just let it stays that way... We hooked up once, if it was enough for me why should we contact each other until now?. I'm sorry dear, i don't believe that love exists in this kind of relationship. I'd be better not saying anything that I might regret in the future and it makes us hurt each other too. I enjoy your companion at this moment but i am afraid to indulge with promises that i might be able to fulfill. Especially after what i've been through until i'm 33 now... I have experience many things in life so i know why i shouldn't say "love" easily..."

Aku salah, aku tau aku salah, tapi aku mulai mencintai Mas Abi. Mas Abi, aku sayang kamu. Tapi aku sedih kalau kamu sudah kembali ke kehidupanmu. Seperti tercabik rasanya hati ini untuk melihat kamu diambil kembali dari ku. Tapi aku gak bisa bilang apa-apa, aku kan cuma nomor dua.

Ternyata aku gak sekuat yang aku kira. Walaupun aku pernah bilang ke Mas Abi, aku akan kuat menghadapi keadaan aku dengan dia. Tapi pada akhirnya aku sedih juga setiap kali dia menghilang dari sisiku dan hanya sms sebagai penyambung rasanya. Dan ketika sms tidak menyambung lagi, aku jadi terpuruk dan jatuh sakit.

Haruskah aku mengakhiri cinta ini? Cinta ini terlarang. Cinta ini bukan cinta. Apakah ini hanya nafsu semata? Haruskah aku pindah lagi. Haruskah aku pergi dari Mas Abiku... Aku gak bisa yang yang kedua Mas...

Aku sedih, tapi haruskah aku sedih? Aku rapuh, tapi haruskah aku jadi rapuh? Aku hancur, tapi haruskah aku hancur untuk Abi? Aku meleleh, sampai seberapa melelehnya aku boleh untuk Abi? Aku meringkuk, terpojok, dan pecah, tapi apakah aku akan tetap berharga dengan aku meringkuk, terpojok dan pecah? Aku jatuh dan mengapung kemudian melayang hingga tersungkur, tapi apakah Mas Abi akan ada selalu untuk menyelamatkaku dari kerapuhanku? Apakah dia akan membantu mengumpulakan kembali pcahan hatiku? Apakah dia akan menarikku dari pojokan hatiku ini? Apakah dia akan selalu ada untukku...? Mas Abi, aku sayang kamu...

Minggu, 02 November 2008

Anjani dan Mangkuk Kaca

Anjani dan Mangkuk Kaca
Bab III Apa artinya cinta?

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun... Aku ada disini untuk merasakan cinta yang ada di dunia ini... Tapi apakah arti cinta itu sendiri? Apakah sudah benar aku mengartikan cinta?

Beberapa hari yang lalu, Lita telepon aku di tengah kesibukanku menerjemahkan arti cinta. Hujan begitu deras, sederah air mata Lita yang mengalir tiada henti, terdengar jelas di telingaku dari sesunggukannya dia yang sedang menjelaskan Claudio kekasihnya.

Claudio... Calon duda, 45 tahun, istri satu, anak 4 yang umurnya hampir sama dengan Lita... 25 tahun... Lita jatuh cinta setengah mati lantaran Claudio bisa merubah dia menjadi seorang wanita... Lita bisa masak sekarang katanya, masak pasta kesukaan Claudio... Hebat, aku pun salut karena Lita memang termasuk cewek yang gak bisa masak...

Lita cinta banget sama Claudio, tapi cintanya harus kandas di ujung tanduk... Claudio tidak bisa menceraikan istrinya... Ingin tapi gak kejadian... Lita pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Claudio walau dengan hati kacau dan sedih habis-habisan... Kasihan juga aku dan iba pada Lita, but it's for her best future... You know what... Ini bukan yang pertama buat Lita, sudah berulang kali dia berpindah dari satu expat bajingan ke expat bajingan yang lain... Tidak adakah expat yang priyayi di Jakarta ini? Tidak adakah expat yang single dan bisa menjadi teman hidup Lita?

Inikah arti cinta yang sebenarnya? Cinta Lita pada Claudio... Si Perkasa yang merubah Lita menjadi koki penuh cinta...

Jumat, 19 September 2008

Anjani dan Mangkuk Kaca


Anjani dan Mangkuk Kaca

Bab II Be As You Were When We Met

Hatiku galau, lagi-lagi galau… Kenapa ketika aku sedang bahagia dan berada di puncak keindahan dunia, selalu saja ada duri-duri bertebaran untuk menghancurkan semua kemolekan yang ada…

Dia telah kembali, Tantyo Prakoso, Pria impian sejuta gadis, dengan pribadi yang dapat meluluhkan semua hati gadis-gadis perawan, mbak-mbak nakal, maupun ibu-ibu yang haus lelaki. Bukan tipe idealku, tapi justru karena kenakalan dan sikapnya yang selalu acuh tak acuh yang membuatku pun terjerat madunya.

Kemarin malam, ketika aku sedang duduk sendirian merenung tanpa tujuan di belakang jendela kamarku, tiada hujan yang turun hanya suara gemuruh yang kian lama kian menyeramkan, telepon genggamku berdering. Betapa bahagianya bila itu Andaru yang menelepon, pria tercinta, kekasih sejati, calon suamiku.

Kuambil hp biruku itu, kulihat nomornya, kok ”Private Number”... Mmm... siapakah gerangan malam-malam meneleponku dengan kode nomor pribadi? Pasti Andaruku tercinta yang sedang kurang kerjaan menggodaku... Kubiarkan telepon itu berdering dan mati... Kupikir biar dia rasakan kalau aku tidak sedang dalam mood untuk bergurau. Tapi... Kok berdering lagi dengan kode yang sama ”Private Number”. Siapakah ini, sedemikian gigihnya meneleponku? Aku jadi penasaran tapi ragu-ragu untuk mengangkatnya. Akh... aku tidak tahan godaan, sebagai Miss Ring Ring Forever, tiada kuasa aku tidak menelepon.

Seperti petir yang telah menyambar, mengagetkan, menakutkan, tapi aku suka sinarnya yang terang sekejap dan gelap sekejap. Suaranya dari sisi sana begitu teduh, gagah, dan penuh kasih... ”Halo..., Anjani... Kamu masih ingat siapa saya?”, betul, itu mas Tantyo, playboy nomor satu di duniaku, yang berhasil menaklukkan hatiku beberapa tahun yang lalu di masa kelamku. Suatu masa ketika aku belum begitu kenal dengan cinta dan kasih sayang kekasih.

Aku kenal Mas Tantyo ketika dia masih jadi tetanggaku. Dia anak kuliahan yang hampir lulus di perguruan tinggi swasta di seputar by pass. Anak akuntansi yang kerjaannya cuma membicarakan angka, dan sedikit perhitungan. Katanya semuanya harus ”In Balance”, walau terkadang dia juga suka bilang, ”Balance” belum tentu benar lho, sambil tertawa terkekeh-kekeh. Perawakannya tinggi besar, agak padat, mungkin karena dia rajin ke gym. Tapi bila dibandingkan dengan aku yang mungil ini, dia seperti banteng, dan aku angsanya. Terlihat kan bagaimana berbedanya aku dengan dia. Kulitnya sawo matang, sedangkan aku putih, jadi seperti susu kopi, namun tidak semanis rasanya. Karena aku harus kehilangan dia ketika aku sedang mencintanya.

Mas Tantyo harus melanjutkan kuliah ke Harvard University, katanya dia mau melanjutkan kuliah S2. Secepat itu dia harus meninggalkanku dengan seribu janji bahwa dia akan kembali untukku. Secepat itu pula aku harus mencoba untuk menerima kenyataan yang ada.

Penantian yang membingungkan. Haruskah aku tetap mencinta sesuatu yang tak pasti? Haruskah aku menunggu pujaan hatiku kembali dan menerima pinangannya yang belum tentu aku dapatkan? Tak kuat rasanya aku untuk melakukan semua itu. Aku pun akhirnya memilih yang lain. Tapi kini, ketika aku sudah menyulam benang-benang cinta baru yang siap menjadi rajutan penuh kasih sayang, kenapa dia kembali untukku? Apakah dia memang kembali untukku?

“Halo… Mmm… Ini siapa ya?”, aku bersikeras untuk terdengar seperti tidak mengenal suaranya. ”Ini Tantyo..., aku ada di Jakarta.”, balasnya dengan nada yang meneduhkan. ”Mas Tantyo, apa kabarmu? Tega ya gak ngasih kabar dulu kalau mau datang, sudah kelar kah kuliahmu?”, aku bersemangat menyambutnya. ”Aku sedang liburan, kuliahku off tiga bulan.”, dia menjawab, ”Ketemuan yuk, aku rindu sama kamu.” O ow.... kata-kata dahsyat yang sudah lama tak kudengar dari dia. Aku hancur, luluh, dan merana. Aku harus bagaimana? Haruskah aku mengiyakan ajakannya? Apakah hatiku akan hancur dan luluh kembali karenanya? Haruskah aku melupakan Andaru untuk sesaat dan bermesraan dengannya? Pusing dan galau aku jadinya...

Rabu malam aku bertemu dengannya, di tengah taman kota yang sunyi dengan bangku-bangku taman yang antik berwarna hijau tua dan ditemani lampu taman yang cahaya temaramnya hanya cukup menerangi satu pasang hati yang sedang jatuh cinta. Aku tiba lebih dulu dari Mas Tantyo, seperti biasanya dia dengan jam karetnya. Resah, gundah, deg-deg an, tapi penasaran. Akhirnya langkah gagah itupun kudengar mendekat, aku tidak berani menoleh, aku takut hatiku goyah tak karuan. Mmmmm...tangan itu menyentuh pundakku dari belakang. Seperti mau pecah jantung ini. “Anjani…”, dia menyebut namaku. Aku pun akhirnya menoleh dan tidak tahu kenapa tanganku otomatis memeluk dia dengan erat sambil menyebut namanya, ”Mas Tantyo...”. Dia pun menyambutnya dengan hangat. Hampir saja air mata rinduku menetes, tapi aku tahan.

“Sudah lama kamu menunggu djani?”, dia bertanya. “Belum Mas, baru saja aku tiba”, aku membalas. Padahal aku lebih dari setengah jam menunggunya, tapi rasanya bibir ini tidak mampu mengutarakan kejujuran di hadapannya. Cinta menutupi segalanya.

Kami pun akhirnya berjalan berkeliling taman yang sepi itu. Bercerita mulai dari kenangan masa lalu hingga keadaan sekarang. Indah rasanya aku bisa bertemu dengannya, aku bisa memeluk dirinya, melupakan dunia nyata untuk sesaat. Sampai akhirnya, pertanyaan bodoh itu pun aku utarakan. “Mas… masih cintakah kamu padaku?”. “Anjani… iya aku masih cinta kamu”, dia membalas. “Kalau kamu cinta aku kenapa baru sekarang kamu menemui aku?, kenapa kamu tidak pernah menghubungi aku? Kenapa kau biarkan aku bertanya-tanya dan berkhayal tentang kenyataan yang ada?”, aku menyambut dengan lemah. “Aku tidak mungkin mendampingimu, hatiku sudah dimiliki gadis lain,” jawabnya dengan perlahan.

Separuh hatiku hancur, tapi aku juga jadi berpikir apakah aku harus mengatakan sejujurnya bahwa aku pun sudah memiliki yang lain selain dia. Aku sendiri tidak menunggu dirinya untuk kembali meminangku. Tidak, aku tidak akan bilang padanya. “Tapi kamu juga sudah punya Andaru kan?”, dia menyambar. Oops… tau dari mana dia, aku bertanya-tanya dalam hati penasaran. “ Aku dapat informasi dari teman kuliahku. Teknologi sudah terlalu canggih untuk menutupi kenyataan yang ada”, dia menegaskan.

Aku jadi hilang akal sejenak. Akhirnya aku pun mengakuinya. Tapi aku bilang, ”Iya tapi aku masih cinta kamu Mas.” “Aku juga Anjani… Aku tidak bisa melupakan kamu, tapi aku harus berjalan dengan cinta yang sekarang ada, hatimu masih ada di hatiku, dan aku harap hatiku pun masih ada di hatimu.”, sambil memelukku dia berkata.

“Jangan lepaskan pelukanmu Mas”, kataku dalam hati. Aku masih rindu dengannya, dan aku tau bahwa malam itu adalah malam terakhir aku bisa merasakan hangatnya cintanya mengalir dari dekapannya. Aku tau itu malam terakhir kata-kata rindu terucap dari bibirnya untuk masuk langsung ke telingaku dan bertepi di hatiku. Air mataku tak terbendung lagi. Aku jadi mellow. Kenapa dia bukan lelaki yang dulu, yang seharusnya jadi milikku selamanya?

Tanpa kusadari, tiba-tiba aku melepaskan dekapannya dan menjauh membuat jarak dengannya. Dia pun terkejut seraya berkata,” Ada apa Anjani? Kenapa kamu menjauh?”. Aku takut hatiku beralih padanya, menanti cinta yang tak pasti. “Jauhi aku Mas, aku takut aku tidak bisa melepaskanmu kali ini. Aku gak rela kamu pergi lagi dariku”, kutegaskan posisisku. “Anjani… aku kan sudah bilang kalo aku cinta kamu, hatimu masih ada di hatiku”, dia membalas. “Tapi aku bukan milikmu, dan kamu bukan milikku”, aku meratap. Dia pun terdiam, tapi diapun lekas mendekapku dari belakang. Dia tidak berkata apa-apa, dia hanya memeluk, erat, hangat, dan penuh sayang.

Saat-saat terakhir yang aku nikmati mendalam. Esok pagi dia harus pergi, pergi dari diriku, karena dia harus memilih jalannya. Taman kota, Lampu taman, dan bangku hijau menjadi saksi pertarungan nurani dan cinta kami berdua. Aku gak rela dia pergi, tapi aku juga harus cinta dia untuk kebaikan dirinya. Aku pun harus kembali ke realita, ada Andaru kekasihku, calon suamiku. “Aku ikhlas Mas melepasmu...”, kataku dalam hati sesaat sebelum kulepaskan dekapannya. Kubalik tubuhku, ku kecup kedua pipi dan keningnya. Aku berjalan meninggalkan dia. Derai air mata tak mampu kubendung lagi. Tapi aku berjalan dengan penuh keyakinan bahwa ini untuk yang terbaik. Dia akan kujadikan masa lalu bahagiaku. Akan kusimpan dia di salah satu pojok hatiku. “Mas Tantyo, aku sayang kamu….”,

Rabu, 03 September 2008

" Ketika Mencintai Seseorang.."


" Ketika Mencintai Seseorang.. "

Jika kamu memancing ikan Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu melepaskannya kembali ke dalam air begitu saja....
Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan
menderita selagi ia masih hidup.

Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu
dan mungkin tidak akan dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu. ...

Jika kamu menadah air, biarlah mendapat sedapatnya,
jangan terlalu mengharap pada kedalaman lengkungannya dan
janganlah menganggap wadah itu begitu kokoh....
cukuplah menadah sesuai kebutuhanmu. ...
Apabila wadah itu sekali retak....
tentu sukar bagi kamu untuk menambalnya kembali menjadi seperti semula....
Akhirnya kamu akan membuangnya. ...
Sedangkan jika kamu mencoba memperbaikinya. ..
mungkin kamu masih dapat mempergunakannya lagi....

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan
janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa....
Anggaplah dia manusia biasa....
Bila tidak, apabila sekali dia melakukan kesilapan, tidak mudah bagi kamu
untuk menerimanya. ...
akhirnya kamu akan kecewa dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu memaafkannya, boleh jadi hubungan kamu akan terus
hingga ke
akhir hayat....

Jika kamu telah memiliki sepiring nasi...
punyamu pastilah yang terbaik untuk dirimu.
Mengenyangkan dan berkhasiat.
Mengapa kamu lengah, mencoba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Dan kamu akan menyesal.

Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang kekasih.....
kekasihmu itu pasti membawa kebaikan kepada dirimu.
Menyayangimu dan mengasihimu. ..
Mengapa kamu berlengah, mencoba membandingkannya dengan yang lain.
Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain
Dan kamu juga yang akan menyesal.
Have a Nice day . . . J

Minggu, 31 Agustus 2008

Anjani dan Mangkuk Kaca


Anjani dan Mangkuk Kaca

Bab I Udara yang mellow…

Siang ini langit begitu putihnya, tiada sinar mentari yang mewarnai, malah agak kelabu tampaknya. Aku berdiam diri sejenak menikmati kilatan petir yang sesekali memberikan kejutan ringan buat hatiku. Kenapa tidak ada burung-burung yang berterbangan membawa berita bahagia atau sedih kepadaku. Kenapa hanya air yang bisa langit tawarkan padaku.

Aku seperti sendiri saat ini. Bukan berarti aku tidak punya kekasih lho. Kekasihku ada di rumahnya sedang sakit. Lebih tepat kakinya lagi sakit karena habis operasi ringan. Operasi memalukan yang dia tidak mau ceritakan padaku. Aib buatnya yang belum tentu aib buatku.

Aku merasa sepi saja, hari-hariku sepi padahal banyak sekali yang bisa aku lakukan. Aku bisa belajar bahasa inggris mengingat mid test sudah ada di depan mata. Aku ada ujian hari selasa dan kamis besok. Andai saja aku bisa menghindar. Aku agak bingung juga dengan perasaanku ini. Padahal kantorku tidak akan protes apakah aku akan lulus dengan nilai yang baik atau buruk, gaji ku pun tidak akan dipotong bila nilaiku jelek. Aku seperti tersihir oleh lingkungan, jadi seperti flash back ketika aku kuliah dulu. Apa karena aku saja sedang mellow?

Langit Jakarta kembali mendung, dan sekarang sudah mulai meneteskan air-air harapan bahwa musin kemarau telah usai. Aku masih Anjani, gadis lugu yang mencoba bertahan hidup untuk bisa menikmati cinta dan harapan yang masih tersisa di Jakarta dan bersyukur untuk semua yang telah kudapatkan.

Hari ini aku masih bisa bertahan, walau aku rindu sekali dengan kekasihku. I miss him so much. Padahal dia sudah meneleponku lebih dari kali hari ini. Tapi rasanya kurang lengkap bila dia tidak ada secara nyata disampingku. Aku rindu pelukannya. Aku rindu dekapannya. Aku rindu perutnya yang gendut, yang nyaman buat jadi bantal. Tapi yang paling aku rindukan adalah cinta dan sayangnya yang tidak pernah padam.

Mungkin kalau aku hari ini ke rumahnya untuk menjenguknya, siang ini aku pasti sudah bergumul di dalam pelukan tubuh yang buntal itu. Hangat, nyaman, aman, dan tidak mellow tentunya. Oh Tuhan, aku mau berlindung dibalik tubuh bulatnya itu, biarkan aku tersesat di dalam setiap lekuk melembung tubuhnya. Biarkan aku terpesona dengan auranya siang ini. Aku butuh dia, karena aku cinta dia.

Andaru namanya, iya itu nama pacarku. Pemuda supel yang kukenal setahun yang lalu. Mau tau dimana aku ketemu dia? Di kolam renang sebuah gym kecil di bilangan Jakarta Selatann. Aku dikenalkan oleh temanku yang adalah teman kantornya. Namun saat itu aku pun baru memulai kembali untuk bisa kenal yang namanya cowok, setelah aku merasakan pedihnya cinta tiga tahun yang lalu. Aku masih bertanya pada diriku sendiri, siapkah aku kali ini untuk menampung cinta baru yang hadir? Adakah ruang tersisa untuk pria baru yang dating? Akankah kejadian buruk itu akan hadir kembali? Dilema seperti mimpi buruk yang hadir di siang bolong. Jawabannya aku tidak tahu, tapi aku harus berani mencari tahu sambil berharap bahwa yang terbaik memang untukku. Agar aku bisa tetap maju dan bertahan hidup di kota besar ini…

Sabtu, 30 Agustus 2008

Doa Terindah Di Usia Perak


Doa Terindah Di Usia Perak

Aku pejamkan mata ini seraya jemari mengatup
D
i hening malam yang terhias pijar-pijar gemintang
H
anya Allah yang tahu, asa terajut hati paling dalam
I
ndahnya mimpi, menyaksikan langkah kecil seorang bocah
Empat, lima langkah, dan terduduk dengan tawa kecil

M
elintas seperempat abad terasa cuma sekejap
A
ku memandang sosok kecil itu telah menjadi perkasa
H
ari-hari dilaluinya dengan semangat tak kenal lelah
A
ku bersyukur karena masih bisa menyaksikan langkahnya
Rentang waktu panjang mengantarkannya menguak cakrawala
Disetiap nafasnya kuselipkan doa dan harapan yang tersisa
Hanya Do'a, hadiah terindah mengiringi langkahnya
Ingin kusaksisak hidupnya jadi penerang sesama
K
alau saja aku boleh meminta, dan Allah mengabulkannya
Aku ingin menyaksikannya menggengam dunia

18 Agustus 2006,

Teriring Doa Bapak dan Ibu

Kubuka kembali lembaran-lembaran ucapan ulang tahunku yang telah lalu, tak sengaja kutemukan kartu dari Bapak dan Ibuku yang diberikan mereka dua tahun yang lalu... Isinya puisi yang menyiratkan doa mulia dari mereka berdua... Usia 25 tahun memang usia yang cukup matang untuk bisa menentukan pilihan baik jalan hidup maupun teman hidup... Usia 25 tahun juga merupakan usia peralihan dari remaja menjadi dewasa muda... Usia dimana seseorang pria dituntut untuk tidak lagi bersikap kekanakan tapi sudah mulai harus bisa berpikir khalayak seorang dewasa...

Bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan melewati masa-masa transisi, tapi mau tidak mau semua harus dijalankan dengan ikhlas dan sabar... Hasil dari perjuangan di masa transisi memang tidak akan terasa ketika kita sedang melakukannya, tapi akan kita petik hasilnya nanti ketika kita menyadari bahwa perubahan yang kita lakukan adalah yang terbaik untuk kita...

Be yourself and pray for the greatest future... :) I Love You Mom and I Love You Dad...

Jumat, 29 Agustus 2008

Si Kecil Siap Menjadi Bapak


Si Kecil Siap Menjadi Bapak

Aku kembali menatap langkahmu yang kian mantap
Di cakrawala kehidupan yang sedang menanti untuk digapai
Hanya Doa dan harapan yang masih ada dalam dada tua ini
Ingin menyaksikan Si Kecil itu bisa menggenggam dunia
Engkaulah harapan bagi orang-orang yang mencintaimu

Melintas waktu panjang yang tak pernah kembali
Aku memandang sosok Si Kecil itu kini siap menjadi bapak
Hari-hari yang dilaluinya akan menjadi semangat tak kenal lelah
Aku bersyukur karena masih bisa menyaksikan langkahnya
Rentang waktu panjang mengantarkannya menguak cakrawala
Di setiap nafasnya kuselipkan doa dan harapan yang tersisa
Hanya Do'a, hadiah terindah mengiringi langkahnya
Ingin kusaksikan hidupnya jadi penerang sesama
Kalau saja aku boleh meminta, dan Allah mengabulkannya
Aku ingin menyaksikan Si Kecil itu kelak berhasil
menggenggam dunia

Bapak lan Simbok, August 2008

Tahun 2008, bulan Agustus, tanggal 24 puisi diatas dibacakan oleh bibiku dan diiringin lagu selamat ulang tahun dengan dentingan jari piano pamanku bertempo lambat namun syahdu ... Puisi diatas adalah karangan ayah dan ibuku sebagai hadiah ulang tahun ku yang ke 27. Aku berulang tahun tanggal 18 Agustus bulan yang lalu... Isi puisi tadi tidak hanya merupakan kata-kata belaka, tapi juga sarat dengan doa juga harapan... Aku terharu mendengarnya terdeklamasikan oleh bibiku hingga kekuatanku pun tak kuasa menahan air mata haru yang akhirnya menetes... Aku pun memeluk dan mengucapkan terima kasih kepada ibuku, kucium tangannya, dan kukecup pipinya... Begitupula dengan ayahku, kucium juga tangannya dan kupeluk dia erat... Aku tau kalau aku tidak segera melepaskan dekapan ayahku, dia pasti akan menangis terharu...

Cinta memang tak kenal batas... Cinta orang tua kepada anaknya tidak pernah sirna... Karena itu cintailah orang tuamu seperti mereka mencintaimu agar semua jalan yang engkau tapaki, dan rencana yang akan kamu jalani, bisa engkau lalui dengan lancar...

I Love You Mom... I Love You Daddy... Thanks for the greatest present you gave to me this year...






Minggu, 10 Agustus 2008

The Lonely Prince


Sore ini langit sudah mulai menurunkan layar kelabunya, aku disini berteman komputer PCku berharap bisa menuliskan semua yang aku rasakan saat ini.

Lagu 'Heartstrings" karya Rolf Lovland dari grup musik irlandia Secret Garden mengalun dengan lembutnya memandu jari-jari ini menuangkan rasa yang selama ini aku coba untuk ingkari.

Umurku 26 tahun dan beberapa hari lagi menjadi 27 tahun. Aku anak tunggal. Aku cucu tertua baik dari keluarga bapak maupun ibuku.

Selama ini orang sering kali bertanya, "Apakah jadi anak tunggal itu menyenangkan atau tidak? Sepi apa tidak?" Dan aku selalu menjawab, "Tentu saja menyenangkan. Semua yang ada adalah punyaku. Tapi semua yang aku mau belum tentu diberikan oleh kedua orang tuaku. Aku tidak semanja yang orang katakan mengenai anak tunggal. Tapi memang aku merasakan bahwa menjadi anak tunggal adalah pangeran di kerajaan ini. Rajanya adalah bapakku. Ratunya adalah ibuku. Kalau tentang sepi dan tidaknya... sering kali aku mengatakan tidak juga... walaupun ternyata memang sepi... Pada akhirnya aku tidak bisa mengingkari hal sepi tersebut.

Aku baru menyadarinya belakangan ini ketika aku sedang sendiri. Tidak heran jadinya bila aku tidak pernah kosong, dalam arti gak punya pacar. Kayaknya gak tahan kalo gak punya pacar barang sebulan saja. :) Sepertinya hati ini memang harus ditopang oleh 2 tiang, tiang hatiku dan tiang hati pasanganku. Tapi yang mengherankan, walaupun aku punya kekasih, bila aku sedang sendiri di kamar, rasa sepi itu tak kunjung pudar dan menghilang. Pertanyaan yang menjadi misteri yang mungkin hanya akan terjawab bila aku bertemu Sang Pencipta, "Diantara sekian banyak orang di dunia yang Engkau ciptakan, kenapa aku Kau ciptakan jadi anak tunggal?" Selama ini aku hanya menebak-nebak dan mencoba menganalisa apa sisi baik dan sisi buruknya diciptakan sebagai anak tunggal. Alhamdulillah aku masih mensyukuri jadi anak tunggal.

Hari ini adalah hari minggu. Seperti biasanya, aku mengkhususkan untuk menjadi hari minggu sebagai hari keluarga. Aku pergi ke mal Ambasador menemani kedua orang tuaku berbelanja. Tepat pukul 11.00 WIB tiba-tiba saja aku jadi merasa sendiri. Tidak tau kenapa rasa itu suka muncul tiba-tiba. Aku seperti tidak berdaya diantara banyak kerumunan pengunjung mal itu. Aku seperti tidak memiliki arti diantara banyak orang yang ada. Aku jadi sedih dan kehilangan mood untuk berkeliling mencari kaos berkerah yang sudah kurencanakan ingin kubeli. Aku juga kehilangan nafsu makan seketika, padahal aku sudah berencana untuk menghabiskan soto betawi di food court. Aneh tapi itulah yang terjadi.

Haruskah aku selalu menggandeng seseorang dimanapun aku berada? Dimanakah aku harus membuang rasa sepi ini? Apakah rasa ini akan terus berlanjut? Adakah obat yang bisa menyembuhkan rasa sepi ini?

Misteri hidup dan mati seseorang hanya Tuhan yang tahu. Misteri anak tunggal atau anak yang memiliki saudara pun hanya Tuhan yang tahu. Aku kesepian, aku sendiri, dan masih berusaha untuk bisa bertahan untuk berdiri...