Aku Gak Bisa Jadi Yang Kedua
“ Clara!!! Tegakkan badanmu. Luruskan kakimu, lenganmu… Oh tidak, ini tidak bisa terjadi lagi. Tanganmu salah! Clara!!! Kamu telat satu setengah ketuk. Ulangi!!!, Miss Bernadette menceramahiku lagi. Hatiku sedang kacau, aku tidak bisa konsentrasi. Kalau bukan karena Eric aku gak akan begini. Lima hari lagi aku akan pentas, pertunjukan balet dengan judul “Siklus tiga cinta”. Aku berperan sebagai peri penggoda bernama Clarissa. Mirip dengan namaku, tapi karakternya agak berbeda sedikit dengan diriku. Aku Clara 27 tahun, penari balet.
Aku ingin cerita tentang diriku dan siklus tiga cinta milikku sendiri. Ceritanya tentu berbeda dengan yang ada di resital baletku. Kalau disana aku sebagai pemeran pembantu, kalau di kehidupanku, aku lah pemeran utamanya.
Siklus I, Putus Cinta
Sudah hampir lima bulan cintaku yang selama empat tahun kubina kandas. Tapi hingga kini bayangan Baron masih saja menghantuiku. Empat tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk kulupakan. Setiap kali aku melewati rumahnya pun masih tak sanggup buat mataku untuk tidak berkaca-kaca. Begitu banyak memori di rumahnya, karena ketika aku bersamanya, aku pun mengencani keluarganya. Aku adalah cucu bagi yang punya rumah, aku adalah anak bagi yang punya rumah, aku adalah sepupu bagi yang tinggal disana, walau statusku cuma kekasih Baron. Sampai saat ini pun aku masih mencoba untuk paling tidak sedikit demi sedikit melupakan atau menyingkirkan memori yang ada. Karena jujur, sebagian diriku masih cinta Baron. Di luar semua sisi negatifnya seperti suka minum alkohol, tidak pernah dia bersujud lagi kepada Sang Pencipta, dan suka menggunakan obat-obatan terlarang, dia tetap seseorang yang memiliki komitmen untuk mencintaiku. Dia itu control freak, tapi mencoba untuk memberi kebebasan padaku. Dia posessif, tapi mencoba untuk percaya padaku.
Aku sebenernya gak pengen putus sama dia kalau bukan karena orang tuaku tau semua keburukan dia dari teman-teman orang tuaku. Aku harus meninggalkannya demi menjaga nama baik keluargaku. Dan akupun menyadari bahwa nama baik itu penting bagi keluargaku. Nama baik bukan dinilai dari besarnya kekayaanmu, melainkan dari cara kita membawa diri dan prestasi yang sudah kita capai. Aku dulu pernah bilang, seburuk-buruknya Baron, aku akan tetap memintanya untuk menikahiku. Untung saja orang tuaku menyadarkanku bahwa itu bukanlah suatu pilihan yang baik. Aku memang terlalu cepat mengambil keputusan tanpa dipikirkan baik dan buruknya. Hidupku memang masih dipersiapkan untuk sesuatu yang baik, buatku dan juga buat keluargaku.
Baron pun waktu itu tidak menerima keputusanku untuk meninggalkannya. Diapun sampai hilang arah, diapun melakukan hal ekstrim dengan melukai dirinya sendiri. Dia minum racun tikus. Untung saja dia masih terselamatkan. Tubuhnya yang kekar masih mampu untuk menahan jahatnya racun tikus. Dan Tuhan juga belum mau menerimanya, Dia masih memberikan kesempatan pada Baron untuk berubah dan bertobat.
Akhirnya cintaku bisa dibilang agak menyesakkan walaupun dapat dikategorikan sebagai putus yang baik-baik saja. Aku harus bisa melupakan Baron segera. Aku harus bisa lepas dari ikatannya segera. Aku harus mulai bangun dan menyadari bahwa duniaku tidak hanya seluar rumahku, rumah Baron, dan lingkungan pertemanan Baron. Aku harus mulai mengejar ketinggalanku selama 4 tahun terakhir atas semua perkembangan duniaku. Aku harus mulai memantau kembali posisi ku di dunia ku sendiri dan mulai menyamai posisiku dengan teman-teman ku yang sempat kutinggalkan selama 4 tahun ini. Temanku pernah bilang, harusnya di umurku saat ini, aku bisa menikmati adanya kebebasan dalam diri. Tanpa suatu ikatan yang menyulitkan.
Aku tau benar bahwa aku belum melepaskan Baron sepenuhnya. Masih ada setitik harapan, cinta, dan sayang untuknya. Ini terbukti dengan masih pedulinya aku dengan cara dia mengatur keuangannya, kehidupan cintanya yang kandas lagi, dan kehidupan kerjanya sekarang. Tapi aku akan tetap mencobanya. Walaupun aku harus menyayat hatiku dari kerak-kerak cinta yang masih tersisa. Aku belum memberikan tangisan terakhir untuknya sampai habis, karena memang masih ada cinta untuknya yang aku simpan di sudut hatiku yang paling dalam.
Baron... aku masih menyimpan sedikit cinta untukmu. Jika aku sudah siap, akan kugenapi cintaku buatmu dan kuberikan sisa cinta itu buatmu sebagai kenangan. Kenangan yang gak akan kamu dan aku lupakan. Tapi kenangan yang gak mungkin kita jadikan dasar untuk saling mencinta lagi. Aku masih peduli sama kamu, karena memang cintaku kukerahkan sepenuhnya demi kamu. Aku sedih, aku rapuh, aku hancur, aku meleleh, aku meringkuk, aku terpojok, aku pecah, aku jatuh, aku mengapung, aku melayang, aku tersungkur, dan aku sayang kamu...
Siklus II, Koko Reynold Dari Semarang
Setelah aku putus dengan Baron, aku mulai kelimpungan mencari penggantinya. Ternyata aku bukan tipe orang yang bisa hidup tanpa cinta walaupun sesaat. Setiap kali aku putus cinta, ada satu pilar hati yang hilang. Bangunan hatiku pun jadi rapuh, seperti ada yang kosong, tidak imbang, mudah jatuh, dan hancur.
Sebulan sudah kulewati masa kesendirianku, jiwa rapuhku pun akhir mulai mencari pilar-pilar cinta yang ada. Friendsterpun jadi andalah buatku mencari penggantinya. Banyak yang bilang dunia maya itu berbahaya untuk diandalkan jadi tempat mencari cinta. Tidak ada cinta sejati disana, yang ada hanya nafsu dan kebohongan. Aku masih tidak percaya sepenuhnya, karena aku masih suka menemukan cinta, walaupun cinta yang salah.
Aku pernah jatuh cinta sama teman Baron, namanya Reynold. Dan aku mencoba untuk mendekatinya kembali setelah sekian lama aku tidak menghubunginya. Karena Baron pun tidak suka dengan dia. Dan sangatlah tidak mungkin aku berkomunikasi dengan Reynold, Baron pasti akan sangat cemburu. Dan Reynoldpun tidak bisa berkomunikasi denganku, karena dia bukan tipe yang mau berurusan dengan masalah cinta yang gak jelas.
Aku suka Reynold, koko cina dari semarang, karena dia memiliki perawakan besar, tegap, dan cenderung pongah. Walaupun begitu, kalau sama perempuan, dia sangat melindungi. Sikapnya gentle, akupun merasa jadi putri kalau ada di dekatnya. Karena memang itulah dia apa adanya. Sholatnya rajin, walaupun masih suka minum alkohol. Tapi hatiku jadi luluh setiap kali mendengar kalimat sapa Islami setiap aku meneleponnya.
Aku terpikat cintanya yang tersisa sebenarnya buat orang lain. Buat mantannya yang sudah menikah bulan lalu. Aku mencoba menggantikan posisi mantannya. Tapi ternyata gak bisa, dia memang masih cinta Naura. Aku terlanjur jatuh hati seperti biasa. Terlalu berlebihan dan terlalu cepat memberikan cinta ke orang lain. Entah itu cinta atau hanya perhatian yang cenderung ingin menyayangi. Reynoldpun menyadari cintaku dan perhatianku. Namun diapun sergap menanggapi bahwa ini adalah suatu cinta yang gak mungkin bagi dia. Dia terlalu gentle untuk melukai perasaan temannya, Baron van Burmann.
Reynold pernah bilang kalau aku gak mungkin sama dia. Waktu kami bermersraan, dia bilang wajah Baron menghantuinya. Dia punya nafsu sama aku, walaupun cinta belum dapat dia berikan waktu itu karena Naura masih ada dihatinya. Dan aku pun belum bisa masuk menggatikan Naura.
Akhirnya aku pun menyadari bahwa cinta dengan Reynold seperti menunggu pop corn yang sudah kelamaan di microwave, gak bisa meletup lagi. Dia sudah membekukan hatinya untuk Naura, dan kalaupun ada cinta baru, itu bukan aku. Dengan tegas diapun berkata padaku bahwa sebaiknya kami berteman saja. Aku pun menyetujuinya. Aku bukan tipe yang mau memperdebatkan hal seperti itu. Aku gak bisa bikin orang gak nyaman. Lagipula buat apa aku bercinta dengan Reynold bila Baron masih ada membayangi hubunganku dengan Reynold.
Aku sayang sama Reynold, walau cuma sesaat.
Siklus III, Aku gak bisa jadi yang kedua
“Clara! Kenapa kamu masih melakukan hal itu? Hentikan sekarang juga, sebelum kamu kena karma.”, Marissa menasihatiku tanpa henti. Tapi aku sedang jatuh cinta. Aku jatuh cinta dengan Abi. Mas Abi panggilanku untuk dia. Dia bekerja di sebuah Oil Company diseberang studio tempat aku berlatih balet. Tubuhnya tinggi sekali, 180cm lebih. Kalau aku sedang berbicara dengannya, aku seperti kerdil. Aku terlalu mungil jika disandingkan dengannya. Wajahnya tampan, kulitnya putih, bibirnya merah, dan brewok yang menghiasi wajahnya membuat dia makin seksi. Tangannya kekar, tubuhnya tegap, dan dadanya yang bidang berbalut apik dengan kemeja kantornya.
Aku senang bermain api dengannya. Seperti biasa petualangan dimulai di dunia maya. “Searching mode On”, kataku pada komputerku. Aku memang sudah menyimpan Mas Abi di hatiku lama sebelum akhirnya aku menghubungi dia. Aku gak yakin dengan status yang ada di fs, terkadang walaupun tertulis Married, itu hanya permainan kata saja. Makanya aku pun memberanikan diri untuk menyapa Mas Abi duluan. Awalnya aku menemukan dia kembali dari fs temanku. Dan temanku ini berbaik hati mau membagi passwordnya demi aku buat bisa dekat dengan Mas Abi. Mas Abi sudah menikah selama 1 tahun. Status Marriednya benar adanya, tapi malah itu yang membuatku tertantang untuk mendekatinya.
Sudah hampir 3 bulan aku jalan sama Mas Abi. Bukan jalan dengan tenang, tapi kucing-kucingan. Mau bagaimana lagi, memang itu resiko mengencani seseorang yang sudah dimiliki orang lain. Aku bisa sayang sama dia, dia pun bisa sayang sama dia. Tapi ketika dia harus kembali ke keluarganya, ke istri dan anaknya, ya aku harus mengalah.
Mas Abi tidak mau memberikan status kepadaku, dia bilang,” You are my someone special.” Dia bilang, dia gak mau bilang kalo dia cinta sama aku. Karena dia gak mau mengecewakan aku. Dia pernah mengecewakan seorang cewek di masa lalunya dan dia gak mau menyakiti cewek lagi. Apalagi dengan status nya yang sudah menikah.
Mas Abi suka sama aku karena hidungku mancung. Alasan fisik yang mengawali semuanya. Tubuhku pun ramping, yang memudahkan Mas Abi mengangkatku, merangkulku, dan mendekapkku. Itu semua tentu saja karena hobi baletku. Thank for the Ballet Lesson from my sweat talkative teacher Ms. Alicia. Kalau bukan karena Ms. Alicia mungkin posturku tidak akan secantik ini.
Kemarin pagi aku sarapan sama Mas Abi, 2 jam terindah yang bisa aku dapat sampai saat ini dengna dia. Aku dan dia makan satu piring berdua. Romantis walaupun sesaat. Dia belah French toast berbentuk bulat untuk aku dan sebelahnya lagi untuknya. Padahal French toastnya ada dua lho, kenapa tidak satu satu saja. Dia lebih memilih membaginya. So sweet….. Harsh brown pun dia bagi dua, tapi sosis favoritnya tidak dia bagi dua. Kami memakannya satu satu. Dia bilang dia itu meat lover, beef, chicken but not seafood. Pengennya siy suap suapan, tapi gak enak aja kalo ada yang kenal aku dan dia. Duduk pun kami bersebelahan, tidak berseberangan. Tangannya dia sengaja dia selipkan untuk merangkul pinggangku. Dia elus-eluskan jemarinya di pinggangku itu. Kata-kata romantispun keluar dari mulutnya dan diserukan ke telingaku, “I want you more than everything, I wish I could spend time more with you”.
Aku hanya bisa berharap agar permohonan dan keinginan Mas Abi bisa terwujud. Tapi aku tidak yakin apakah aku akan tahan dengan keadaan seperti itu. Beberapa waktu yang lalu aku chatting di YM sama dia, aku menanyakan kembali tentang status aku dan dia. Awalnya aku menanyakan dia, "Do you love me?". "Hmmm... I like you so much, but i'm afraid to believe that it's love.", dia menjawab. Aku pun melancarkan serangan kembali, "It means that when you've already satisfied with me, then you go away from me?". Dia menyangkal," No no no... Why would i do that?. "Maybe because you are afraid to show me that you can give me your love", aku menimpalinya. Dia pun akhirnya menjelaskan dengan sabar, "Dear... If you don't mind, just let it stays that way... We hooked up once, if it was enough for me why should we contact each other until now?. I'm sorry dear, i don't believe that love exists in this kind of relationship. I'd be better not saying anything that I might regret in the future and it makes us hurt each other too. I enjoy your companion at this moment but i am afraid to indulge with promises that i might be able to fulfill. Especially after what i've been through until i'm 33 now... I have experience many things in life so i know why i shouldn't say "love" easily..."
Aku salah, aku tau aku salah, tapi aku mulai mencintai Mas Abi. Mas Abi, aku sayang kamu. Tapi aku sedih kalau kamu sudah kembali ke kehidupanmu. Seperti tercabik rasanya hati ini untuk melihat kamu diambil kembali dari ku. Tapi aku gak bisa bilang apa-apa, aku kan cuma nomor dua.
Ternyata aku gak sekuat yang aku kira. Walaupun aku pernah bilang ke Mas Abi, aku akan kuat menghadapi keadaan aku dengan dia. Tapi pada akhirnya aku sedih juga setiap kali dia menghilang dari sisiku dan hanya sms sebagai penyambung rasanya. Dan ketika sms tidak menyambung lagi, aku jadi terpuruk dan jatuh sakit.
Haruskah aku mengakhiri cinta ini? Cinta ini terlarang. Cinta ini bukan cinta. Apakah ini hanya nafsu semata? Haruskah aku pindah lagi. Haruskah aku pergi dari Mas Abiku... Aku gak bisa yang yang kedua Mas...
Aku sedih, tapi haruskah aku sedih? Aku rapuh, tapi haruskah aku jadi rapuh? Aku hancur, tapi haruskah aku hancur untuk Abi? Aku meleleh, sampai seberapa melelehnya aku boleh untuk Abi? Aku meringkuk, terpojok, dan pecah, tapi apakah aku akan tetap berharga dengan aku meringkuk, terpojok dan pecah? Aku jatuh dan mengapung kemudian melayang hingga tersungkur, tapi apakah Mas Abi akan ada selalu untuk menyelamatkaku dari kerapuhanku? Apakah dia akan membantu mengumpulakan kembali pcahan hatiku? Apakah dia akan menarikku dari pojokan hatiku ini? Apakah dia akan selalu ada untukku...? Mas Abi, aku sayang kamu...
1 komentar:
Kata-kata "Buat mantannya yang mau menikah bulan lalu" agak janggal...mau itu konotasinya dengan akan,sedangkan lalu itu sesuatu yg sudah lewat
Posting Komentar