Selasa, 25 November 2008

Journey to Jogjakarta

Akhirnya aku dapet liburan juga setelah kemaren kepending karena harus jaga warung di kantor pas libur lebaran. Aku ke Jogja sama bokap dan nyokap dari tanggal 22-25 November 2008... Lumayan mengurangi tingkat stress dan kelelahan atas kesibukan sehari-hari, i hope that tomorrow when i get back to the office, i can give 120% of my energy to make my works going well even great... :)

Kemaren bener-bener jalan-jalan wisata kuliner, dimulai dengan makan gudeg mbarek H Ahmad dengan diiringi musi kroncong, sarapan yang menggugah selera sekali, serasa di daerah... Emang iya siy... :P Itu waktu hari sabtu setelah tiba dari airport, berhubung belum sarapan dengan benar karena terburu-buru oleh informasi yang salah di airport yang bilang kalo pesawat udah mau berangkat, jadi makan juga cepat dan gak kelar... Jadi akibat kelaparan, lahap lah memakan gudeg jam 10 pagi kalo gak salah, jadi judulnya brunch... :) Berhubung udah kadung di luar, jadinya lanjut pergi ke Jogja Expo Center (JEC), katanya ada pameran produk jogja, pergilah kita kesana... Ternyata gak sebesar yang aku bayangkan, cuma beberapa stand produk dalam negri, tapi lumayan aku dapet satu sendal edward forrer yang modelnya mengopy dari everbest... :) Murah meriah harga 1/3 dari everbest... Tapi ada harga ada rupa tetep everbest is the best... Empuk... Kelar dari JEC aku pulang karena udah capek banget... Bangun kepagian jam 4, berangkat jam5, terbang jam 6, dan sampai jogja langsung ngibing... Sampe hotel mandi, trus tidur sampai besok pagi...

Hari minggu aku bangun pagi karena udah kebanyakan tidur... Jam 8 udah berangkat keliling jogja dengan ibu dan teman-temannya... Pertama diawali dengan makan Sego Pecel (SGPC), ditemani dengan lagu campur sari dari kelompok musik di SGPC... Lumayan juga mereka maen ada gitar melodi, gitar rhytm, bass betot, drum akustik, dan kendang... Unik dan menarik, aku request lagu Jogjakarta dan Dengan nafasmu... Keren jadinya, Lagu Jogjakarta dimainkan dengan versi akustik top abesz... Jadi inget jaman Klass meeting SMA, waktu kelas 3, aku dan teman-teman dapet juara I untuk Lomba Akustik, aku dan teman-teman maenin lagu Jogjakarta, aku dapet bagian Pianika section... :)

Kelar makan kita jalan cari oleh-oleh yaitu Pia. Tapi kali ini gak beli dengan nomor 75 atau 83 atau nomor berapa. Temen ibu menyarankan Pia model baru namanya Pia-pia. Pake nyasar pula karena alamat gak tau, tapi untuk informan temen ibu di Jogja memiliki informasi yang lumayan ngebantu... Ternyata ada di perumahan jalan Pogun nomor 38A, produksi rumahan gitu deh. Lumayan model pia baru... Enak juga rasanya... Dari pia berlanjut ke belanja oleh-oleh seperti lanting, kacang-kacangan yang ada lapisan gula jawanya, trus getuk... Udah kelar karena lapar kita lanjut ke Kaliurang, pengen beli jadah dan tempe tahu bacem... Lumayan jauh juga jalannya, aku adaj sampai tertidur di perjalanan... Aku pikir jadahnya kayak apa, ternyata biasa aja... Tempe dan tahu bacemnya juga terlalu manis buat lidahku... Aku pikir bakal makan siang tradisional disana ternyata gak... Kita makan siang di Ulen Sentalu, Beukenhof European Restaurant dibelakan musim kuno budaya jawa di kaliurang juga... Tempatnya lucu, model belanda kuno gitu, cat hijau tua berkombinasi dengan kayu-kayu... Romantic place and ambiance... :) Makanannya juga lumayan, aku makan Australian Sirloin Steak dan Hot Chocolate... Lezaaaaaaaaaaaatttttttttt Erg Lekker!!

Selesai dari sana emang udara mendukung untuk melelapkan diri ke kasur... Aku pulang ke hotel, sekarang pindah hotel dari Wisma MM UGM ke Novotel... Oh iya, wisma MM UGM lumayan lho buat harga Rp 325,000 semalem, kamar mandi oke pake bath tub, pake AC sama ada HBO nya, dapet sarapan pagi...

Sore hari Minggu perjalanan dilanjutkan dengan pergi sama adeknya bapak dan istrinya juga anaknya... Kita makan malam di bakmi Kadin... Mie godok gitu deh tapi ada mie gorengnya... Berhubung tempatnya kurang enak buat makan, kita semua balik ke Novotel dan melanjutkan pembicaraan disana. Seperti biasa aku bertanya banyak ke Oom ku tentang sejarah jawa, tarian jawa, dan Nyi Roro Kidul beserta Ratunya...

Katanya siy Sultan Jogja sekarang belum tentu bisa liat Ratu kidul pas tari Bedoyo Ketawang karena kurang tirakat beda sama Sultan Jogja sebelum-sebelumnya... Ternyata bukan cuma ada Ratu Kidul tapi ada lagi yang namanya Ibu Ratu yaitu seperti Boardnya kerajaan yang menjadi pemilik gagasan untuk suatu pemerintahan... Agak ribet memang, tapi menarik... Katanya tarian Bedoyo itu tidak boleh dilatih kalau tidak pada waktunya, hanya dilatih sebulan sekali pada selasa kliwon... Dan gerakannya tidak bisa dihafal karena gerakannya mengikuti iringan lagu... Gile bener rumit juga ternyata... Menarik tapinya... :)

Akhirnya malam pun tiba, aku ngantuk kembali... Saatnya bobo...

Hari senin, bokap balik duluan ke Jakarta, jadinya aku berdua nyokap aja... Hari ini acaranya full ketemu temen nyokap yang ada di Jogja. Pertama dijemput dosen UGM namanya Ibu Ira mau ke rumah Ibu Atik untuk dijemput buat lunch... Kita makan siang di Pelem Golek, seafood resto gitu deh.. Ternyata makan siangnya beramai-ramai ada sekitar 10 orang lagi yang datang... Maklum lah makan siang reunian dengan teman-teman ibu, rata-rata Dosen ada di UGM ada di IAIN... Semuanya praktisi kesehatan reproduksi wanita dan seksualitas...

Udah kenyang aku dan nyokap diantar pulang sama dokter Susi balik ke hotel... Istirahat tidur sore dulu dan malam pergi nonton pertunjukan ramayana...

Berhubung musim hujan, pertunjukan ramayana dilakukan indoor.. Dan karena jadwal hari senin tidak ada yang di candi prambanan, aku nonton yang di purawisata... Cerita mungkin sama, tapi lighting dan tata panggung mungkin agak sedikit beda dengan yang diprambanan... Lumayan tapi aku masih penasaran dengan yang di prambanan... Mungkin next time di musim panas aku akan nonton yang diprambanan...

Hari berakhir dengan lelah, dan aku bobo...

Hari terakhir di jogja, Belanjaaaaaaaaaaaaaaa.... aku belum dapet batik... Naek taksilah aku dan ibu ke suatu tempat dengan harga batik murah kualitas bagus... Aku beli 2 batik lengan pendek buat ke kantor dan 2 lengan panjang buat ke pesta... Banyak kali bawaanku!... Trus ambil pia pesenan ibu 10 bungkus, trus makan siang di hotel dan packing time..... :P

Koper nyokap dipadetin dengan bajunya dan bajuku juga batik-batik yang baru dibeli... Koperku khusus untuk pia dan tas pergi yang ibu beli... Kudu muat... Untuk gak overweighted... Hehehehe

Pesawatku telat sekitar 20 menitan, tapi aku tetap senang karena aku bisa kembali ke Jakarta... I love my city... Although some Dutch peoples asked me about how i breath every day with an air that so polluted? Itu bule sampe nanya, "Do you get fine ticket if you're car blows emition and gas?"... Ya gak lah yah, aku bilang, "I hope so". Gitu deh... Okay, C U on my next trip story...

Sabtu, 15 November 2008

Aku gak bisa jadi yang kedua

Aku Gak Bisa Jadi Yang Kedua

“ Clara!!! Tegakkan badanmu. Luruskan kakimu, lenganmu… Oh tidak, ini tidak bisa terjadi lagi. Tanganmu salah! Clara!!! Kamu telat satu setengah ketuk. Ulangi!!!, Miss Bernadette menceramahiku lagi. Hatiku sedang kacau, aku tidak bisa konsentrasi. Kalau bukan karena Eric aku gak akan begini. Lima hari lagi aku akan pentas, pertunjukan balet dengan judul “Siklus tiga cinta”. Aku berperan sebagai peri penggoda bernama Clarissa. Mirip dengan namaku, tapi karakternya agak berbeda sedikit dengan diriku. Aku Clara 27 tahun, penari balet.

Aku ingin cerita tentang diriku dan siklus tiga cinta milikku sendiri. Ceritanya tentu berbeda dengan yang ada di resital baletku. Kalau disana aku sebagai pemeran pembantu, kalau di kehidupanku, aku lah pemeran utamanya.

Siklus I, Putus Cinta

Sudah hampir lima bulan cintaku yang selama empat tahun kubina kandas. Tapi hingga kini bayangan Baron masih saja menghantuiku. Empat tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk kulupakan. Setiap kali aku melewati rumahnya pun masih tak sanggup buat mataku untuk tidak berkaca-kaca. Begitu banyak memori di rumahnya, karena ketika aku bersamanya, aku pun mengencani keluarganya. Aku adalah cucu bagi yang punya rumah, aku adalah anak bagi yang punya rumah, aku adalah sepupu bagi yang tinggal disana, walau statusku cuma kekasih Baron. Sampai saat ini pun aku masih mencoba untuk paling tidak sedikit demi sedikit melupakan atau menyingkirkan memori yang ada. Karena jujur, sebagian diriku masih cinta Baron. Di luar semua sisi negatifnya seperti suka minum alkohol, tidak pernah dia bersujud lagi kepada Sang Pencipta, dan suka menggunakan obat-obatan terlarang, dia tetap seseorang yang memiliki komitmen untuk mencintaiku. Dia itu control freak, tapi mencoba untuk memberi kebebasan padaku. Dia posessif, tapi mencoba untuk percaya padaku.

Aku sebenernya gak pengen putus sama dia kalau bukan karena orang tuaku tau semua keburukan dia dari teman-teman orang tuaku. Aku harus meninggalkannya demi menjaga nama baik keluargaku. Dan akupun menyadari bahwa nama baik itu penting bagi keluargaku. Nama baik bukan dinilai dari besarnya kekayaanmu, melainkan dari cara kita membawa diri dan prestasi yang sudah kita capai. Aku dulu pernah bilang, seburuk-buruknya Baron, aku akan tetap memintanya untuk menikahiku. Untung saja orang tuaku menyadarkanku bahwa itu bukanlah suatu pilihan yang baik. Aku memang terlalu cepat mengambil keputusan tanpa dipikirkan baik dan buruknya. Hidupku memang masih dipersiapkan untuk sesuatu yang baik, buatku dan juga buat keluargaku.

Baron pun waktu itu tidak menerima keputusanku untuk meninggalkannya. Diapun sampai hilang arah, diapun melakukan hal ekstrim dengan melukai dirinya sendiri. Dia minum racun tikus. Untung saja dia masih terselamatkan. Tubuhnya yang kekar masih mampu untuk menahan jahatnya racun tikus. Dan Tuhan juga belum mau menerimanya, Dia masih memberikan kesempatan pada Baron untuk berubah dan bertobat.

Akhirnya cintaku bisa dibilang agak menyesakkan walaupun dapat dikategorikan sebagai putus yang baik-baik saja. Aku harus bisa melupakan Baron segera. Aku harus bisa lepas dari ikatannya segera. Aku harus mulai bangun dan menyadari bahwa duniaku tidak hanya seluar rumahku, rumah Baron, dan lingkungan pertemanan Baron. Aku harus mulai mengejar ketinggalanku selama 4 tahun terakhir atas semua perkembangan duniaku. Aku harus mulai memantau kembali posisi ku di dunia ku sendiri dan mulai menyamai posisiku dengan teman-teman ku yang sempat kutinggalkan selama 4 tahun ini. Temanku pernah bilang, harusnya di umurku saat ini, aku bisa menikmati adanya kebebasan dalam diri. Tanpa suatu ikatan yang menyulitkan.

Aku tau benar bahwa aku belum melepaskan Baron sepenuhnya. Masih ada setitik harapan, cinta, dan sayang untuknya. Ini terbukti dengan masih pedulinya aku dengan cara dia mengatur keuangannya, kehidupan cintanya yang kandas lagi, dan kehidupan kerjanya sekarang. Tapi aku akan tetap mencobanya. Walaupun aku harus menyayat hatiku dari kerak-kerak cinta yang masih tersisa. Aku belum memberikan tangisan terakhir untuknya sampai habis, karena memang masih ada cinta untuknya yang aku simpan di sudut hatiku yang paling dalam.

Baron... aku masih menyimpan sedikit cinta untukmu. Jika aku sudah siap, akan kugenapi cintaku buatmu dan kuberikan sisa cinta itu buatmu sebagai kenangan. Kenangan yang gak akan kamu dan aku lupakan. Tapi kenangan yang gak mungkin kita jadikan dasar untuk saling mencinta lagi. Aku masih peduli sama kamu, karena memang cintaku kukerahkan sepenuhnya demi kamu. Aku sedih, aku rapuh, aku hancur, aku meleleh, aku meringkuk, aku terpojok, aku pecah, aku jatuh, aku mengapung, aku melayang, aku tersungkur, dan aku sayang kamu...

Siklus II, Koko Reynold Dari Semarang

Setelah aku putus dengan Baron, aku mulai kelimpungan mencari penggantinya. Ternyata aku bukan tipe orang yang bisa hidup tanpa cinta walaupun sesaat. Setiap kali aku putus cinta, ada satu pilar hati yang hilang. Bangunan hatiku pun jadi rapuh, seperti ada yang kosong, tidak imbang, mudah jatuh, dan hancur.

Sebulan sudah kulewati masa kesendirianku, jiwa rapuhku pun akhir mulai mencari pilar-pilar cinta yang ada. Friendsterpun jadi andalah buatku mencari penggantinya. Banyak yang bilang dunia maya itu berbahaya untuk diandalkan jadi tempat mencari cinta. Tidak ada cinta sejati disana, yang ada hanya nafsu dan kebohongan. Aku masih tidak percaya sepenuhnya, karena aku masih suka menemukan cinta, walaupun cinta yang salah.


Aku pernah jatuh cinta sama teman Baron, namanya Reynold. Dan aku mencoba untuk mendekatinya kembali setelah sekian lama aku tidak menghubunginya. Karena Baron pun tidak suka dengan dia. Dan sangatlah tidak mungkin aku berkomunikasi dengan Reynold, Baron pasti akan sangat cemburu. Dan Reynoldpun tidak bisa berkomunikasi denganku, karena dia bukan tipe yang mau berurusan dengan masalah cinta yang gak jelas.

Aku suka Reynold, koko cina dari semarang, karena dia memiliki perawakan besar, tegap, dan cenderung pongah. Walaupun begitu, kalau sama perempuan, dia sangat melindungi. Sikapnya gentle, akupun merasa jadi putri kalau ada di dekatnya. Karena memang itulah dia apa adanya. Sholatnya rajin, walaupun masih suka minum alkohol. Tapi hatiku jadi luluh setiap kali mendengar kalimat sapa Islami setiap aku meneleponnya.

Aku terpikat cintanya yang tersisa sebenarnya buat orang lain. Buat mantannya yang sudah menikah bulan lalu. Aku mencoba menggantikan posisi mantannya. Tapi ternyata gak bisa, dia memang masih cinta Naura. Aku terlanjur jatuh hati seperti biasa. Terlalu berlebihan dan terlalu cepat memberikan cinta ke orang lain. Entah itu cinta atau hanya perhatian yang cenderung ingin menyayangi. Reynoldpun menyadari cintaku dan perhatianku. Namun diapun sergap menanggapi bahwa ini adalah suatu cinta yang gak mungkin bagi dia. Dia terlalu gentle untuk melukai perasaan temannya, Baron van Burmann.

Reynold pernah bilang kalau aku gak mungkin sama dia. Waktu kami bermersraan, dia bilang wajah Baron menghantuinya. Dia punya nafsu sama aku, walaupun cinta belum dapat dia berikan waktu itu karena Naura masih ada dihatinya. Dan aku pun belum bisa masuk menggatikan Naura.

Akhirnya aku pun menyadari bahwa cinta dengan Reynold seperti menunggu pop corn yang sudah kelamaan di microwave, gak bisa meletup lagi. Dia sudah membekukan hatinya untuk Naura, dan kalaupun ada cinta baru, itu bukan aku. Dengan tegas diapun berkata padaku bahwa sebaiknya kami berteman saja. Aku pun menyetujuinya. Aku bukan tipe yang mau memperdebatkan hal seperti itu. Aku gak bisa bikin orang gak nyaman. Lagipula buat apa aku bercinta dengan Reynold bila Baron masih ada membayangi hubunganku dengan Reynold.

Aku sayang sama Reynold, walau cuma sesaat. Ada cinta sedikit buat dia, tapi aku simpan saja dipojok hatiku yang lain. Siapa tau suatu saat nanti dia membutuhkan cinta itu dan sekalian saja kugenapkan cintanya. Aku sedih, tapi gak terlalu sedih. Aku rapuh, tapi gak terlalu rapuh. Aku hancur, tapi gak terlalu hancur. Aku meleleh, tapi gak terlalu meleleh. Aku meringkuk, terpojok, dan pecah, tapi gak terlalu. Aku jatuh dan mengapung kemudian melayang hingga tersungkur, tapi aku masih bisa bertahan. Reynold aku juga masih sayang kamu...

Siklus III, Aku gak bisa jadi yang kedua

“Clara! Kenapa kamu masih melakukan hal itu? Hentikan sekarang juga, sebelum kamu kena karma.”, Marissa menasihatiku tanpa henti. Tapi aku sedang jatuh cinta. Aku jatuh cinta dengan Abi. Mas Abi panggilanku untuk dia. Dia bekerja di sebuah Oil Company diseberang studio tempat aku berlatih balet. Tubuhnya tinggi sekali, 180cm lebih. Kalau aku sedang berbicara dengannya, aku seperti kerdil. Aku terlalu mungil jika disandingkan dengannya. Wajahnya tampan, kulitnya putih, bibirnya merah, dan brewok yang menghiasi wajahnya membuat dia makin seksi. Tangannya kekar, tubuhnya tegap, dan dadanya yang bidang berbalut apik dengan kemeja kantornya.

Aku senang bermain api dengannya. Seperti biasa petualangan dimulai di dunia maya. “Searching mode On”, kataku pada komputerku. Aku memang sudah menyimpan Mas Abi di hatiku lama sebelum akhirnya aku menghubungi dia. Aku gak yakin dengan status yang ada di fs, terkadang walaupun tertulis Married, itu hanya permainan kata saja. Makanya aku pun memberanikan diri untuk menyapa Mas Abi duluan. Awalnya aku menemukan dia kembali dari fs temanku. Dan temanku ini berbaik hati mau membagi passwordnya demi aku buat bisa dekat dengan Mas Abi. Mas Abi sudah menikah selama 1 tahun. Status Marriednya benar adanya, tapi malah itu yang membuatku tertantang untuk mendekatinya.

Sudah hampir 3 bulan aku jalan sama Mas Abi. Bukan jalan dengan tenang, tapi kucing-kucingan. Mau bagaimana lagi, memang itu resiko mengencani seseorang yang sudah dimiliki orang lain. Aku bisa sayang sama dia, dia pun bisa sayang sama dia. Tapi ketika dia harus kembali ke keluarganya, ke istri dan anaknya, ya aku harus mengalah.

Mas Abi tidak mau memberikan status kepadaku, dia bilang,” You are my someone special.” Dia bilang, dia gak mau bilang kalo dia cinta sama aku. Karena dia gak mau mengecewakan aku. Dia pernah mengecewakan seorang cewek di masa lalunya dan dia gak mau menyakiti cewek lagi. Apalagi dengan status nya yang sudah menikah.

Mas Abi suka sama aku karena hidungku mancung. Alasan fisik yang mengawali semuanya. Tubuhku pun ramping, yang memudahkan Mas Abi mengangkatku, merangkulku, dan mendekapkku. Itu semua tentu saja karena hobi baletku. Thank for the Ballet Lesson from my sweat talkative teacher Ms. Alicia. Kalau bukan karena Ms. Alicia mungkin posturku tidak akan secantik ini.

Kemarin pagi aku sarapan sama Mas Abi, 2 jam terindah yang bisa aku dapat sampai saat ini dengna dia. Aku dan dia makan satu piring berdua. Romantis walaupun sesaat. Dia belah French toast berbentuk bulat untuk aku dan sebelahnya lagi untuknya. Padahal French toastnya ada dua lho, kenapa tidak satu satu saja. Dia lebih memilih membaginya. So sweet….. Harsh brown pun dia bagi dua, tapi sosis favoritnya tidak dia bagi dua. Kami memakannya satu satu. Dia bilang dia itu meat lover, beef, chicken but not seafood. Pengennya siy suap suapan, tapi gak enak aja kalo ada yang kenal aku dan dia. Duduk pun kami bersebelahan, tidak berseberangan. Tangannya dia sengaja dia selipkan untuk merangkul pinggangku. Dia elus-eluskan jemarinya di pinggangku itu. Kata-kata romantispun keluar dari mulutnya dan diserukan ke telingaku, “I want you more than everything, I wish I could spend time more with you”.

Aku hanya bisa berharap agar permohonan dan keinginan Mas Abi bisa terwujud. Tapi aku tidak yakin apakah aku akan tahan dengan keadaan seperti itu. Beberapa waktu yang lalu aku chatting di YM sama dia, aku menanyakan kembali tentang status aku dan dia. Awalnya aku menanyakan dia, "Do you love me?". "Hmmm... I like you so much, but i'm afraid to believe that it's love.", dia menjawab. Aku pun melancarkan serangan kembali, "It means that when you've already satisfied with me, then you go away from me?". Dia menyangkal," No no no... Why would i do that?. "Maybe because you are afraid to show me that you can give me your love", aku menimpalinya. Dia pun akhirnya menjelaskan dengan sabar, "Dear... If you don't mind, just let it stays that way... We hooked up once, if it was enough for me why should we contact each other until now?. I'm sorry dear, i don't believe that love exists in this kind of relationship. I'd be better not saying anything that I might regret in the future and it makes us hurt each other too. I enjoy your companion at this moment but i am afraid to indulge with promises that i might be able to fulfill. Especially after what i've been through until i'm 33 now... I have experience many things in life so i know why i shouldn't say "love" easily..."

Aku salah, aku tau aku salah, tapi aku mulai mencintai Mas Abi. Mas Abi, aku sayang kamu. Tapi aku sedih kalau kamu sudah kembali ke kehidupanmu. Seperti tercabik rasanya hati ini untuk melihat kamu diambil kembali dari ku. Tapi aku gak bisa bilang apa-apa, aku kan cuma nomor dua.

Ternyata aku gak sekuat yang aku kira. Walaupun aku pernah bilang ke Mas Abi, aku akan kuat menghadapi keadaan aku dengan dia. Tapi pada akhirnya aku sedih juga setiap kali dia menghilang dari sisiku dan hanya sms sebagai penyambung rasanya. Dan ketika sms tidak menyambung lagi, aku jadi terpuruk dan jatuh sakit.

Haruskah aku mengakhiri cinta ini? Cinta ini terlarang. Cinta ini bukan cinta. Apakah ini hanya nafsu semata? Haruskah aku pindah lagi. Haruskah aku pergi dari Mas Abiku... Aku gak bisa yang yang kedua Mas...

Aku sedih, tapi haruskah aku sedih? Aku rapuh, tapi haruskah aku jadi rapuh? Aku hancur, tapi haruskah aku hancur untuk Abi? Aku meleleh, sampai seberapa melelehnya aku boleh untuk Abi? Aku meringkuk, terpojok, dan pecah, tapi apakah aku akan tetap berharga dengan aku meringkuk, terpojok dan pecah? Aku jatuh dan mengapung kemudian melayang hingga tersungkur, tapi apakah Mas Abi akan ada selalu untuk menyelamatkaku dari kerapuhanku? Apakah dia akan membantu mengumpulakan kembali pcahan hatiku? Apakah dia akan menarikku dari pojokan hatiku ini? Apakah dia akan selalu ada untukku...? Mas Abi, aku sayang kamu...

Minggu, 02 November 2008

Anjani dan Mangkuk Kaca

Anjani dan Mangkuk Kaca
Bab III Apa artinya cinta?

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun... Aku ada disini untuk merasakan cinta yang ada di dunia ini... Tapi apakah arti cinta itu sendiri? Apakah sudah benar aku mengartikan cinta?

Beberapa hari yang lalu, Lita telepon aku di tengah kesibukanku menerjemahkan arti cinta. Hujan begitu deras, sederah air mata Lita yang mengalir tiada henti, terdengar jelas di telingaku dari sesunggukannya dia yang sedang menjelaskan Claudio kekasihnya.

Claudio... Calon duda, 45 tahun, istri satu, anak 4 yang umurnya hampir sama dengan Lita... 25 tahun... Lita jatuh cinta setengah mati lantaran Claudio bisa merubah dia menjadi seorang wanita... Lita bisa masak sekarang katanya, masak pasta kesukaan Claudio... Hebat, aku pun salut karena Lita memang termasuk cewek yang gak bisa masak...

Lita cinta banget sama Claudio, tapi cintanya harus kandas di ujung tanduk... Claudio tidak bisa menceraikan istrinya... Ingin tapi gak kejadian... Lita pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Claudio walau dengan hati kacau dan sedih habis-habisan... Kasihan juga aku dan iba pada Lita, but it's for her best future... You know what... Ini bukan yang pertama buat Lita, sudah berulang kali dia berpindah dari satu expat bajingan ke expat bajingan yang lain... Tidak adakah expat yang priyayi di Jakarta ini? Tidak adakah expat yang single dan bisa menjadi teman hidup Lita?

Inikah arti cinta yang sebenarnya? Cinta Lita pada Claudio... Si Perkasa yang merubah Lita menjadi koki penuh cinta...